hidup di dunia berkepala dua ternyata lebih nyata.
terlalu tua untuk berlindung di bawah ketiak orang tua,
dan terlalu takut untuk keluar dari tempurung karena tidak pernah melihat dunia luar.
semakin lama, hidup pada masa kepala dua hanya akan membuat punggungmu makin bungkuk karena beban tak kunjung hilang, malah bertambah.
semakin lama, hidup pada masa kepala dua membuat rambutmu rontok dan kecanduan aspirin hanya karena terlalu lelah untuk berfikir.
atau,
ini hanya aku?
aku kira aku sudah paham dengan yang namanya ikhlas.
tapi apa?
kenapa seketika aku terdiam mati di tempat ketika tahu tidak ada namaku di situ?
kesempatan demi kesempatan hilang.
menyisakan pertanyaan: sampai kapan?
ini masih 10 kilometer pertama, dela.
jangan cengeng.