4.1.11

#29 Rintik Hujan

senja ini, hujan di luar sana. rintiknya meringis, menyapaku dibalik jendela kamar.
aku tersenyum sambil mengetuk telunjukku di jendela, pertanda aku membalas sapaannya.
hujan dan senja adalah kombinasi yang briliant.
hatiku seakan terhipnotis untuk melamun mengikutinya meresap dalam tanah.

aku menarik nafas panjang. Hhhh~

aroma tanah karena hujan. aroma capuccino hangat. aroma kamar. aroma kamu.
semua melesak ke dalam saluran pernafasanku. memenuhi sendi dan paru.
kemudian aku memejamka mata. mengejar memori dulu kala.
yang nampak di mata seperti putaran slideshow. kepingan kenanganpun mulai terkuak.

ah, aku rindu.

kepingan saat aku umur lima. gendut dan tak pernah berfikir akan semakin gendut jika makan.
berlarian dengan angin, terbahak oleh kelakuan teman sepermainan. aku belum kenal dengan Beban.
waktu tidak pernah berhenti berjalan. menyusun kepingn-kepingan kehidupan.
aku sudah hampir berkepala dua.
menurutku, berumur bukan berarti bebas melakukan apa saja. justru akan lahir pemikiran bernama pertimbangan dan resiko yang selalu muncul di setiap kita melakukan sesuatu.
tidak seperti saat kita berumur lima. semua mengalir seperti air.

rintik membuyarkan lamunanku. dia ingatkanku akan suara adzan maghrib.
kutempelkan ke lima jariku pada jendela. mengirimkan terimakasih pada rintik.
memberi kecup barang sejenak kepada cangkir capuccino, kemudian beranjak mengambil wudhu. meluruhkan sisa lamunan menuju pembuangan.

Tidak ada komentar: