Ketika saya membaca salah satu tweet @zarryhendrik :
“Terkadang kau merasa seakan sudah mendengar kata hatimu, sementara kau tidak membaca kata-kata yang Tuhan tulis di dalamnya.”
Dunia disekitar sekejap mengecil. Menyisakan saya dan sebuah ruang gelap yang besar dan sebuah lampu sorot yang menerangi saya dalam keadaan terduduk lemas. Sebuah tweet membuat saya bermonolog dengan diri saya sendiri. Berdiskusi mengenai sebuah roti yang sedang saya tunggu mengembangnya. Berbagai pertanyaan terlempar, dan banyak yang berakhir terpantul, tanpa sempat - atau lebih tepatnya, bisa - saya tangkap.
Lampu sorot dan ruang gelap sungguh tak banyak membantu. Apalagi posisi duduk lemas saya, hanya membuat suasana menjadi semakin menyedihkan. Saya butuh cermin. Saya butuh melihat teman monolog saya. Saya butuh melihat saya. Mungkin ruang gelap tak selamanya hanya hiasan. Begitu pula dengan lampu sorot. Mereka membuat saya begitu fokus melihat bayangan diri saya dalam cermin. Awalnya saya begitu marah dengan bayangan yang ada di cermin. Mengapa sangat tak sabaran, mengapa begitu egois, mengapa begitu berantakan. Namun sedetik kemudian, saya merasa kasian. Ya, kasian karena bayangan ini seolah tidak mempunyai jiwa, seolah ia menggunakan jiwa lain untuk mengisinya. Kasihan, karena ia menjadi sosok lain.
Tiba-tiba ruangan gelap berubah menjadi sebuah persimpangan. Cih! Lagi-lagi persimpangan. Saya benci persimpangan! Mengapa harus memilih kembali? Mengapa?! Mengapa harus memilih jika keduanya sama-sama tidak menguntungkan, jika keduanya sama-sama memiliki resiko?! Tuhan benar-benar menguji saya yang terlalu santai, yang hanya mengikuti segala skenario-Nya.
...
“Tuhan, aku memang sudah mendengar hatiku berkata. Tapi biarkan aku tidak membaca apa yang Kau tulis dulu, ya? biarkan aku tak mendengar apa yang hati bicarakan dulu, ya? aku benar-benar ingin mengetahui pilihanku. Aku ingin keluar dari zona aman.”
2 komentar:
Biasanya kita akan tau (baca) apa yang Tuhan "tulis" setelah yang Dia "tulis" itu terjadi
itulah mengapa kita tidak akan berhenti belajar. belajar tentang apa yang 'sudah' Tuhan tulis terhadap kita. semacam membangun strategi agar tidak kalah lagi :D
Posting Komentar