15.11.12

Percaya

sang pantulan cermin berkata, roda berputar.
iya, aku tahu. roda memang berputar.
tapi apakah yang di sana menghendaki perputaran yang sama?
sang pantulan cermin berkata lagi, percaya.

percaya pada apa?


keegoisan merajalela.
pertanyakan diri dalam pantulan cermin.
entah berapa kantung harga diri sudah dibuang.
dengan segenggam nyali, beranikan untuk percaya.

Gadis bodoh yang duduk di tepi jurang.


Gadis bodoh itu tetap duduk di pinggir jurang.
Entah apa yang dilihatnya, yang jelas di seberang tempat ia duduk terdapat sebuah rumah.
Dia tak sedang mengintai, ataupun mempersiapkan sesuatu.
Ia hanya diam, dengan tatapan lekat tertuju pada rumah tersebut.

Aku pun tak tahu, apa yang sedang ada dipikirannya.
Untuk apa ia membuang-buang waktu, hanya duduk di tepi jurang, padahal banyak orang yang mengajaknya pergi, beranjak dari tempat yang membosankan itu.
Tapi ia selalu menggeleng. Menggeleng dan terus menggeleng, tidak melepas pandangannya dari rumah.
Apa yang ia cari?
Hingga kuberanikan diri untuk bertanya.

“Hey, sedang apa kau?”
“Aku? Sedang menikmati sesuatu yang semesta berikan.”
“Kau tidak bosan?”
“Mengapa harus bosan?”
“Bukankah banyak yang lebih menarik, ketimbang duduk disini?”
Gadis itu menatapku sejenak kemudian tersenyum.
“Aku percaya, semesta tidak sembarangan memberi aku kode-kodenya selama ini. Kata seseorang, aku hanya perlu mempertebal kepekaanku. Aku tidak hanya duduk. Aku sedang mempercayai apa yang aku lihat adalah baik.”
Dan aku semakin tidak paham dengan jawaban yang keluar dari mulutnya.
“Jadi, kau tidak mau ikut denganku? Rumah itu sebentar lagi akan berpenghuni lagi.”
“Tidak, terimakasih. Aku tau cepat atau lambat ia akan punya penghuni baru. Tapi aku akan mengejar apa yang membuat aku nyaman.”

Kutinggalkan gadis itu, yang masih tetap duduk di pinggir jurang.
Gadis bodoh, mempercayai sesuatu yang tidak pasti.
Aku hanya bisa berdoa untuknya, agar yang ia percaya benar-benar baik untuknya.

taken from : here


2.11.12

Rumah.

tidak mudah membangun sebuah rumah, apalagi mulai dari nol.
proses menggambar, memilih bahan bangunan, dan bahkan memilih tukang terpercaya yang bisa membangun rumah yang diinginkan.
semua proses penting, dan setiap detail juga mempunyai pengaruh.

kamu tidak bisa membangun rumah dengan hitungan hari.

terkadang prosesnya melelahkan, dan menuntut kamu untuk tidak berhenti.
terkadang bahan yang kamu inginkan tidak selalu menjadi bahan yang sebenarnya dibutuhkan.
terkadang proses membuatmu seolah ingin menghancurkan beberapa pondasi menjadi puing-puing.
kemudian pergi.

kamu tidak bisa membangun rumah dengan keadaan letih.

ya, kamu tidak akan pernah tau sampai kamu benar-benar mencobanya.
apakah desain rumah seperti ini benar-benar cocok untukmu?
apakah bahan-bahannya bisa membuat pondasi rumahmu kokoh?
dan apakah benar, kamu sedang ingin membangun rumah?

pikirkan kembali.

apakah kamu butuh rumah,
atau tempat untuk singgah?