kamu.
adalah minum teh di pagi hari dengan sepiring bala-bala.
kamu.
adalah segelas es buah di saat buka puasa.
kamu.
adalh toilet saat kentut sudah diujung pantat.
kamu.
adalah tusuk gigi, penyelamat selipan-selipan nakal antara gigi.
kamu.
adalah kacamata riben di tengah terik Jogja.
kamu.
adalah twitter ketika galau.
kamu.
adalah segelas cappucino untuk kuliah Pemda tiga sks.
kamu. ah kamu.
seperti bau tanah setelah hujan.
yang selalu aku hirup dalam-dalam.
23.3.11
Sangit
hari ini aku mencium lagi. bau sangit.
memaksa masuk. menuju pusat pikir.
jangan pertanyakan, sayang.
mungkin hanya hidungku.
memaksa masuk. menuju pusat pikir.
jangan pertanyakan, sayang.
mungkin hanya hidungku.
14.3.11
Delivery Report
halo.
yang perlu aku beritahu ke kamu adalah aku bukan si delivery report.
aku tidak begitu suka mengirim report, apakah itu delivered atau pending atau failed.
memang menyebalkan, dan pasti membuat geregetan.
tapi satu hal yang indah dari aku, adalah kejutan.
tiba-tiba sms yang kamu nanti terkirim dalam inboxmu.
atau sms nyasar yang kamu harap tidak terkirim ternyata failed.
aku juga bukan pengguna foursquare.
dimana setiap orang berlomba-lomba check in untuk memberitahu mereka berada.
bukan, aku bukan bagian dari mereka.
aku bukannya tidak mau, hanya saja itu bukan aku.
aku tidak memaksa diriku sendiri menjadi orang lain.
bye.
yang perlu aku beritahu ke kamu adalah aku bukan si delivery report.
aku tidak begitu suka mengirim report, apakah itu delivered atau pending atau failed.
memang menyebalkan, dan pasti membuat geregetan.
tapi satu hal yang indah dari aku, adalah kejutan.
tiba-tiba sms yang kamu nanti terkirim dalam inboxmu.
atau sms nyasar yang kamu harap tidak terkirim ternyata failed.
aku juga bukan pengguna foursquare.
dimana setiap orang berlomba-lomba check in untuk memberitahu mereka berada.
bukan, aku bukan bagian dari mereka.
aku bukannya tidak mau, hanya saja itu bukan aku.
aku tidak memaksa diriku sendiri menjadi orang lain.
bye.
Bob Marley said this. And it is true.
" you may not her first, her last or her only. she loved before she may love again. but if she loves you now, what else matters? she's not perfect, you aren't either, and the two of you may never be perfect together but if she can make you laugh, cause you to think twice, and admit to being human and making mistakes, hold onto her and give her the most you can. she may not be thinking about you every second of the day, but she will give you a part of her that she knows you can break her heart.
so, don't hurt her, don't analyze, and don't expect more than she can give. smile when she makes you happy, let her know when she makes you mad, and miss her when she's not there "
they're just human being, man.
Kepada Ka. Mu. (3)
halo, again, and again.
ini surat ketiga. untuk siapa lagi, kalau bukan kamu, matahari.
kamu masih tetap panas dan sangat membakar.
dan aku masih tetap mematahkan tanda tanya yang sekarang ada di mana-mana.
sayangnya tidak berhasil.
dan mungkin tidak akan berhasil.
tanganku sudah berdarah, dan aku rasa aku tidak sanggup lagi.
yasudah, yasudah, yasudah.
cuma itu.
bye.
ini surat ketiga. untuk siapa lagi, kalau bukan kamu, matahari.
kamu masih tetap panas dan sangat membakar.
dan aku masih tetap mematahkan tanda tanya yang sekarang ada di mana-mana.
sayangnya tidak berhasil.
dan mungkin tidak akan berhasil.
tanganku sudah berdarah, dan aku rasa aku tidak sanggup lagi.
yasudah, yasudah, yasudah.
cuma itu.
bye.
Kepada Ka. Mu (2)
halo, again.
ini surat kedua. untukmu, matahari.
aku merasa sekarang kamu panas. terik, dan membara.
awalnya aku bertanya.
dan aku mencoba mematahkan tanda tanya yang ada dalam kepalaku.
mungkin aku memang terlalu berkawan.
dengan cuek, santai, dan mengalir seperti air.
ya, ya.
mereka datang lagi. di saat seperti ini.
apakah tanda tanya itu berhasil aku patahkan?
balas saja surat ini agar aku tahu.
bye.
ini surat kedua. untukmu, matahari.
aku merasa sekarang kamu panas. terik, dan membara.
awalnya aku bertanya.
dan aku mencoba mematahkan tanda tanya yang ada dalam kepalaku.
mungkin aku memang terlalu berkawan.
dengan cuek, santai, dan mengalir seperti air.
ya, ya.
mereka datang lagi. di saat seperti ini.
apakah tanda tanya itu berhasil aku patahkan?
balas saja surat ini agar aku tahu.
bye.
Kepada Ka. Mu. (1)
halo.
ini surat pertama. untukmu, matahari.
entah kenapa sekarang kamu begitu panas. terik, dan membakar.
padahal aku kangen.
kenapa?
hanya tanda tanya yang ada di dalam kepala.
yasudahlah.
bye.
ini surat pertama. untukmu, matahari.
entah kenapa sekarang kamu begitu panas. terik, dan membakar.
padahal aku kangen.
kenapa?
hanya tanda tanya yang ada di dalam kepala.
yasudahlah.
bye.
5.3.11
Kepada Serambi Mekkah
Assalamu'alaikum.
akhirnya. besok kita akan bertemu.
aku mendambamu sejak semester lalu.
akhirnya, akhirnya, akhirnya.
aku bisa meraihmu.
halo Aceh, kita kopi darat besok :)
akhirnya. besok kita akan bertemu.
aku mendambamu sejak semester lalu.
akhirnya, akhirnya, akhirnya.
aku bisa meraihmu.
halo Aceh, kita kopi darat besok :)
4.3.11
Kepada Yth. Tuan INSPIRASI
kenapa sih akhir-akhir ini kamu suka ngambek?
tidak ada saat aku butuh.
namun sangat tumpah ketika aku tidak ingin apa-apa.
merepotkan.
ketika kamu tidak ada, si Semrawut datang.
menghancurkan rumahku, kemudian pergi.
sangat tidak tanggung jawab.
tapi yang lebih tidak tanggungjawab adalah kamu.
kita sudah berjanji kan untuk selalu ada?
kita sudah sepakat loh.
kamu lupa akan hal itu?
ya, ya. kamu kembali pada kebiasaan lamamu.
menawarkan jani manis yang berakhir dengan tong kosong.
lalu, apa tanggung jawabmu untuk dua hari yang kau lubangi?
apa, HAH?!
tidak ada saat aku butuh.
namun sangat tumpah ketika aku tidak ingin apa-apa.
merepotkan.
ketika kamu tidak ada, si Semrawut datang.
menghancurkan rumahku, kemudian pergi.
sangat tidak tanggung jawab.
tapi yang lebih tidak tanggungjawab adalah kamu.
kita sudah berjanji kan untuk selalu ada?
kita sudah sepakat loh.
kamu lupa akan hal itu?
ya, ya. kamu kembali pada kebiasaan lamamu.
menawarkan jani manis yang berakhir dengan tong kosong.
lalu, apa tanggung jawabmu untuk dua hari yang kau lubangi?
apa, HAH?!
3.3.11
Surat untuk Penghuni Lubang tak Berdasar.
rasanya untuk menulis ini saja, hatiku sudah berdegup ciut.
seperti anak kecil ketika melintasi rumah tua dengan kerumunan pohon-pohon besar nan angker.
takut.
gemetar.
dan benar-benar tak punya nyali untuk lewat.
harusnya tidak seperti itu, ya?
harusnya kan aku bisa lebih lepas denganmu.
harusnya tidak boleh ada adegan menutup mata dan gigi gemeretuk ketika melihatmu.
tapi, jika memang seperti itu adanya, mau dikata apa.
aku yang sudah hampir berkepala dua ini tidak kuat hati untuk menemuimu.
berbicara denganmu.
apalagi bersenandung denganmu.
apakah aku salah, ketika aku selalu berkata nanti saja, saat kau menyuruhku untuk meneleponmu?
apakah aku salah, ketika Fajar menyuruhku berlari mengejarmu, aku memilih tetap di bawah selimut melanjutkan bunga tidur?
mungkin memang, atau mungkin tidak juga.
oke, oke.. aku hanya sekedar menghibur diriku yang lagi-lagi ketakutan.
tapi sungguh! jika kau tahu hatiku, seperti akan masuk ke dalam lubang tak berdasar.
bagaiman tidak takut kalau setiap hari selalu dihadapkan dengan lubang yang sama?
kau itu menakutkan.
bisa tidak sedikit berdandan?
rapikan jenggotmu yang semrawut itu.
potong rambutmu yang sudah hampir gimbal.
pakailah parfum.
dan tersenyumlah barang sedikit.
agar aku tak takut mnemuimu.
dan satu lagi, jangan sekali-kali memburu aku dengan nafas deadlinemu!
aku benci itu.
aku adalah tipikal orang yang ingin semuanya berjalan dengan apa adanya. just let it flow.
ketika ada seseorang yang meyuruhku terburu, apa yang aku hasilkan selalu buruk.
dan compang-camping!
kamu mau itu?
tentu tidak.
ya, bisa dikatakan aku belum terbiasa bertemu denganmu.
bagaimana tidak, kau datang bersama dengan mimpi buruk.
kau adalah zombie yang mengejarku hingga melintasi pagar.
meninggalkanku gemeretuk di dalam lemari sambil mengintip.
paranoid.
hah! itukah yang dinamakan pertemuan pertama?
entah mengapa aku menjadi sangat emosi ketika menulis ini.
ya, mungkin karena surat ini kutulis untuk kamu.
seseorang yang sudah membuatku paranoid.
takut dan menciut.
yang sampai sekarang belum sempat aku telepon, atau aku kirimkan pesan.
seseorang yang selalu ingin aku singkirkan sejenak ketika melintas dalam pikiranku.
seseorang yang ingin aku tinggal tidur ketika ia datang bertamu.
seseorang yang bernama Masa Depan.
seperti anak kecil ketika melintasi rumah tua dengan kerumunan pohon-pohon besar nan angker.
takut.
gemetar.
dan benar-benar tak punya nyali untuk lewat.
harusnya tidak seperti itu, ya?
harusnya kan aku bisa lebih lepas denganmu.
harusnya tidak boleh ada adegan menutup mata dan gigi gemeretuk ketika melihatmu.
tapi, jika memang seperti itu adanya, mau dikata apa.
aku yang sudah hampir berkepala dua ini tidak kuat hati untuk menemuimu.
berbicara denganmu.
apalagi bersenandung denganmu.
apakah aku salah, ketika aku selalu berkata nanti saja, saat kau menyuruhku untuk meneleponmu?
apakah aku salah, ketika Fajar menyuruhku berlari mengejarmu, aku memilih tetap di bawah selimut melanjutkan bunga tidur?
mungkin memang, atau mungkin tidak juga.
oke, oke.. aku hanya sekedar menghibur diriku yang lagi-lagi ketakutan.
tapi sungguh! jika kau tahu hatiku, seperti akan masuk ke dalam lubang tak berdasar.
bagaiman tidak takut kalau setiap hari selalu dihadapkan dengan lubang yang sama?
kau itu menakutkan.
bisa tidak sedikit berdandan?
rapikan jenggotmu yang semrawut itu.
potong rambutmu yang sudah hampir gimbal.
pakailah parfum.
dan tersenyumlah barang sedikit.
agar aku tak takut mnemuimu.
dan satu lagi, jangan sekali-kali memburu aku dengan nafas deadlinemu!
aku benci itu.
aku adalah tipikal orang yang ingin semuanya berjalan dengan apa adanya. just let it flow.
ketika ada seseorang yang meyuruhku terburu, apa yang aku hasilkan selalu buruk.
dan compang-camping!
kamu mau itu?
tentu tidak.
ya, bisa dikatakan aku belum terbiasa bertemu denganmu.
bagaimana tidak, kau datang bersama dengan mimpi buruk.
kau adalah zombie yang mengejarku hingga melintasi pagar.
meninggalkanku gemeretuk di dalam lemari sambil mengintip.
paranoid.
hah! itukah yang dinamakan pertemuan pertama?
entah mengapa aku menjadi sangat emosi ketika menulis ini.
ya, mungkin karena surat ini kutulis untuk kamu.
seseorang yang sudah membuatku paranoid.
takut dan menciut.
yang sampai sekarang belum sempat aku telepon, atau aku kirimkan pesan.
seseorang yang selalu ingin aku singkirkan sejenak ketika melintas dalam pikiranku.
seseorang yang ingin aku tinggal tidur ketika ia datang bertamu.
seseorang yang bernama Masa Depan.
2.3.11
Surat untuk si Keriting
satu kata yang terpikirkan saat aku membayangkanmu.
menggoda.
ya, kau begitu menggoda.
dengan rambutmu yang ikal kecoklatan, dan aromamu yang membuatku melayang.
setelan putihmu membuatku ingin merengkuhmu.
wajah tampanmu.. ah. aku tak tahan ingin menciumnya!
bukan, ini bukan surat cabul.
tapi memang pesonamu membuat seluruh organ dalamku meleleh.
sayangnya, aku tak bisa dekat denganmu.
ibuku melarangku jatuh cinta denganmu, bahkan bicara denganmu saja, aku tidak boleh!
memangnya ini jaman romeo juliet apa yang jatuh cinta saja harus diatur.
dan hari ini aku melihatmu.
wira-wiri di kantin kampus.
dan kau, memang begitu menggoda.
dengan setelan putih dengan motif yang menggairahkan.
ya, ya, Indomie.
kau berhasil mencuri hatiku.
Love,
Orange.
menggoda.
ya, kau begitu menggoda.
dengan rambutmu yang ikal kecoklatan, dan aromamu yang membuatku melayang.
setelan putihmu membuatku ingin merengkuhmu.
wajah tampanmu.. ah. aku tak tahan ingin menciumnya!
bukan, ini bukan surat cabul.
tapi memang pesonamu membuat seluruh organ dalamku meleleh.
sayangnya, aku tak bisa dekat denganmu.
ibuku melarangku jatuh cinta denganmu, bahkan bicara denganmu saja, aku tidak boleh!
memangnya ini jaman romeo juliet apa yang jatuh cinta saja harus diatur.
dan hari ini aku melihatmu.
wira-wiri di kantin kampus.
dan kau, memang begitu menggoda.
dengan setelan putih dengan motif yang menggairahkan.
ya, ya, Indomie.
kau berhasil mencuri hatiku.
Love,
Orange.
1.3.11
Surat Untuk Biru
Hai, Biru. apa kabar? lama tidak bersua. terakhir bertemu sekitar 7-8 bulan yang lalu kan? waktu itu kita selalu bersama. setiap ada aku, kau selalu ada. semacam perangko dan lem saja begitu.
kalau aku melihat lagi ke arah belakang. aku rasa, kita benar-benar sahabat yang baik, ya? tidak pernah kita melewatkan jingga, tanpa duduk di bawah akasia hingga Matahari tertidur. kita juga tak pernah absen, bertukar celoteh pada saat purnama atau sang sabit, di atas genting rumahmu. ya, kan? atau pada saat menunggu ikan memakan umpan yang ada di kail kita, hingga kita tertidur. ha-ha-ha. aku rindu saat-saat itu, Biru. sungguh.
Biru, sebenarnya orang-orang di sekitarku tidak pernah setuju ketika aku menulis janji denganmu di suatu sore, piknik di bawah jingga. mereka berang, Biru. mereka membodoh-bodohiku! tapi aku tak peduli, aku tetap menemuimu, kan, di bawah akasia itu? habisnya, mereka bilang kamu itu buruk buatku. hah, apa yang mereka tahu?
Biru, maafkan aku. Juli itu, aku seakan menghapus jejak. bukan, bukan, aku tidak membencimu. pun, kamu tidak salah. saat itu aku kalut. tepat sehari sebelum aku pergi, aku bermimpi, Biru. dan dalam mimpi itu, ada aku dan kamu bergandengan tangan. awalnya tidak terjadi apa-apa, namun semakin jauh kita berjalan, tiba-tiba tanganku terbakar, Biru. kobaran api memakan cepat tanganku hingga menuju dada. aku pun melepaskan tanganmu, dan anehnya, seketika kobaran api itu mati. dan tangankukembali seperti semula. aneh, kan? tapi yang lebih aneh lagi, kobaran itu muncul. bahkan semakin merah. aku bangun dari tidurku dengan peluh di sana-sini. sesungguhnya aku takut mengartikan mimpi itu. namun mengapa hatiku berbisik untuk lebih baik menjauh sementara dari kamu. yah, mungkin aku memerlukan udara segar di luar sana, pikirku. kemudian, aku mulai berkemas dan menghapus jejakku, satu demi satu.
hei, Biru. tahukah kamu? aku sudah menikah! lihat-lah cincin bermotif matahari di jari manisku, lucu kan? sebulan setelah aku pergi, ada lelaki baik hati yang menyuntingku, namanya Merah. dia memberiku cincin ini. aku cinta dengannya, Biru. masih ingat tidak, ketika purnama di bulan Juli, seseorang mengetuk pintu rumahku dan menyelipkan surat dengan amplop bergelombang? iya, yang isinya ucapan selamat ulang tahun. dan ternyata tahukah kamu, Biru? itu dari si Merah ini! lelakiku. ha-ha-ha. lucu ya pasangan hidup itu? seakan misteri, tapi ternyata sudah berada tak jauh dari kita.
hei, Biru. maafkan aku sekali lagi. mungkin ini adalah surat pertama sekaligus menjadi yang terakhir yang aku kirim. aku tidak membencimu, atau tidak ingin menemuimu. tapi perjalananku selama ini mengajarkan banyak sekali hal. kamu tidak akan aku hapus, Biru. biarkan aku menjadikanmu kenangan yang.. begitu besar dan maha dahsyat yang pernah terjadi di hidupku.
baik-baik ya, Biru. dimanapun kamu berada. kecup manis dari aku dan Merah-ku.
Love,
Orange.
kalau aku melihat lagi ke arah belakang. aku rasa, kita benar-benar sahabat yang baik, ya? tidak pernah kita melewatkan jingga, tanpa duduk di bawah akasia hingga Matahari tertidur. kita juga tak pernah absen, bertukar celoteh pada saat purnama atau sang sabit, di atas genting rumahmu. ya, kan? atau pada saat menunggu ikan memakan umpan yang ada di kail kita, hingga kita tertidur. ha-ha-ha. aku rindu saat-saat itu, Biru. sungguh.
Biru, sebenarnya orang-orang di sekitarku tidak pernah setuju ketika aku menulis janji denganmu di suatu sore, piknik di bawah jingga. mereka berang, Biru. mereka membodoh-bodohiku! tapi aku tak peduli, aku tetap menemuimu, kan, di bawah akasia itu? habisnya, mereka bilang kamu itu buruk buatku. hah, apa yang mereka tahu?
Biru, maafkan aku. Juli itu, aku seakan menghapus jejak. bukan, bukan, aku tidak membencimu. pun, kamu tidak salah. saat itu aku kalut. tepat sehari sebelum aku pergi, aku bermimpi, Biru. dan dalam mimpi itu, ada aku dan kamu bergandengan tangan. awalnya tidak terjadi apa-apa, namun semakin jauh kita berjalan, tiba-tiba tanganku terbakar, Biru. kobaran api memakan cepat tanganku hingga menuju dada. aku pun melepaskan tanganmu, dan anehnya, seketika kobaran api itu mati. dan tangankukembali seperti semula. aneh, kan? tapi yang lebih aneh lagi, kobaran itu muncul. bahkan semakin merah. aku bangun dari tidurku dengan peluh di sana-sini. sesungguhnya aku takut mengartikan mimpi itu. namun mengapa hatiku berbisik untuk lebih baik menjauh sementara dari kamu. yah, mungkin aku memerlukan udara segar di luar sana, pikirku. kemudian, aku mulai berkemas dan menghapus jejakku, satu demi satu.
hei, Biru. tahukah kamu? aku sudah menikah! lihat-lah cincin bermotif matahari di jari manisku, lucu kan? sebulan setelah aku pergi, ada lelaki baik hati yang menyuntingku, namanya Merah. dia memberiku cincin ini. aku cinta dengannya, Biru. masih ingat tidak, ketika purnama di bulan Juli, seseorang mengetuk pintu rumahku dan menyelipkan surat dengan amplop bergelombang? iya, yang isinya ucapan selamat ulang tahun. dan ternyata tahukah kamu, Biru? itu dari si Merah ini! lelakiku. ha-ha-ha. lucu ya pasangan hidup itu? seakan misteri, tapi ternyata sudah berada tak jauh dari kita.
hei, Biru. maafkan aku sekali lagi. mungkin ini adalah surat pertama sekaligus menjadi yang terakhir yang aku kirim. aku tidak membencimu, atau tidak ingin menemuimu. tapi perjalananku selama ini mengajarkan banyak sekali hal. kamu tidak akan aku hapus, Biru. biarkan aku menjadikanmu kenangan yang.. begitu besar dan maha dahsyat yang pernah terjadi di hidupku.
baik-baik ya, Biru. dimanapun kamu berada. kecup manis dari aku dan Merah-ku.
Love,
Orange.
Langganan:
Komentar (Atom)