3.3.11

Surat untuk Penghuni Lubang tak Berdasar.

rasanya untuk menulis ini saja, hatiku sudah berdegup ciut.
seperti anak kecil ketika melintasi rumah tua dengan kerumunan pohon-pohon besar nan angker.
takut.
gemetar.
dan benar-benar tak punya nyali untuk lewat.

harusnya tidak seperti itu, ya?
harusnya kan aku bisa lebih lepas denganmu.
harusnya tidak boleh ada adegan menutup mata dan gigi gemeretuk ketika melihatmu.
tapi, jika memang seperti itu adanya, mau dikata apa.

aku yang sudah hampir berkepala dua ini tidak kuat hati untuk menemuimu.
berbicara denganmu.
apalagi bersenandung denganmu.
apakah aku salah, ketika aku selalu berkata nanti saja, saat kau menyuruhku untuk meneleponmu?
apakah aku salah, ketika Fajar menyuruhku berlari mengejarmu, aku memilih tetap di bawah selimut melanjutkan bunga tidur?

mungkin memang, atau mungkin tidak juga.
oke, oke.. aku hanya sekedar menghibur diriku yang lagi-lagi ketakutan.
tapi sungguh! jika kau tahu hatiku, seperti akan masuk ke dalam lubang tak berdasar.
bagaiman tidak takut kalau setiap hari selalu dihadapkan dengan lubang yang sama?

kau itu menakutkan.
bisa tidak sedikit berdandan?
rapikan jenggotmu yang semrawut itu.
potong rambutmu yang sudah hampir gimbal.
pakailah parfum.
dan tersenyumlah barang sedikit.
agar aku tak takut mnemuimu.
dan satu lagi, jangan sekali-kali memburu aku dengan nafas deadlinemu!
aku benci itu.
aku adalah tipikal orang yang ingin semuanya berjalan dengan apa adanya. just let it flow.
ketika ada seseorang yang meyuruhku terburu, apa yang aku hasilkan selalu buruk.
dan compang-camping!
kamu mau itu?
tentu tidak.

ya, bisa dikatakan aku belum terbiasa bertemu denganmu.
bagaimana tidak, kau datang bersama dengan mimpi buruk.
kau adalah zombie yang mengejarku hingga melintasi pagar.
meninggalkanku gemeretuk di dalam lemari sambil mengintip.
paranoid.
hah! itukah yang dinamakan pertemuan pertama?

entah mengapa aku menjadi sangat emosi ketika menulis ini.
ya, mungkin karena surat ini kutulis untuk kamu.
seseorang yang sudah membuatku paranoid.
takut dan menciut.
yang sampai sekarang belum sempat aku telepon, atau aku kirimkan pesan.
seseorang yang selalu ingin aku singkirkan sejenak ketika melintas dalam pikiranku.
seseorang yang ingin aku tinggal tidur ketika ia datang bertamu.
seseorang yang bernama Masa Depan.

Tidak ada komentar: