25.4.12

Penghentian Tabrakan

mengapa selalu bertabrakan?
permukaan batu kita tidak cocok satu sama lain, sehingga kerap terjadi gesekan
aku tanyakan pada kamu
ya.. seperti biasa. hanya gaung saja yang kudapat
sisanya ruang hampa
aku tanyakan pada Tuhan
sepertinya Ia sengaja ingin menyimpannya sendiri
tak sedikitpun aku diberi

mengapa selalu bertabrakan?
tak bisakah kita berpelukan dan mengisi satu sama lain?
harus kah kita mengikis satu persatu sisi,
agar kedua kutub kita kembali tarik menarik?
apakah kita rela, memecahkan sisi demi satu sama lain?

oh, dear Dela.
will you please..stop thinking?

18.4.12

Fallen For You

Fallen for you. Did you ever see me, watching from periphery?
I was playing another game. Hope you catch on all the same.

apa kabar? semoga tetep baik dan baik yang aku dengar.
aku? tetap dengan keadaan yang sama. aku masih mencoba untuk berdiri, setelah gravitasi serta medan magnet telah melumpuhkan sendi-sendi kaki.
tapi aku baik.
tentu saja aku tau, aku akan baik-baik.

aku sedang bermain. bukan, bukan permainan seperti yang kau ajarkan. aku menemukannya secara tidak sengaja di dekat taman tengah kota. dan aku cukup senang. sejenak aku bisa melupakan kakiku yang lumpuh
apa kau melihatku?
lihatlah senyumku terus mengembang!
seperti roti yang baru keluar dari oven. harum dan mengembang.
seperti pipi anak kecil yang merekah sehabis mandi. lucu dan menggemaskan.
aku menikmati permainan ini, meski aku belum yakin, apa yang aku mainkan.
aku sangat berharap, kamu melihatku.
melihat senyumku yang tak henti-hentinya mengembang.

Fallen for you, boy who's trying to be a man. Boy, you don't know if you can.
I thought i knew you well enough. But your walls are still too tough.

aku sangat ingat ketika kau membangun dinding di sekelilingmu.
awalnya pun aku tak paham, sehingga aku memperhatikan saja, kau meletakkan batu bata satu demi satu.
setelah setengah jalan, aku merasa tempat yang aku pijak terlalu kecil. bahkan untuk sekedar berbaring saja susah.
aku meminta ijin untuk keluar, dan voila! kau langsung memberikannya.
aku melihat bangunanmu dari luar.
bagus, namun berantakan. mungkin karena kau tidak punya pengalaman membangun rumah, sehingga pekerjaanmu acak, dan tidak enak dilihat.
aku sudah mengingatkanmu, untuk tidak membangun rumah sekarang. namun kau bersikeras, dan membuat aku memutuskan untuk keluar.
aku tau kau sedang berusaha untuk membangun rumah yang terbaik. tapi, kau sendiri membangunnya dari dalam. sehingga kau tidak bisa melihat rumah-rumah yang ada di luar sebagai perbandingan.

..I thank you all the same, but I'll go now..

mungkin aku belum mampu berdiri.
entah karena perbedaan gravitasi yang aku alami karena keluar dari dimensi rumahmu, atau karena aku malas untuk berdiri.
tapi aku mendapatkan sesuatu yang langka diluar sini, yang tidak aku dapatkan di dalam rumahmu.
dan aku bahagia.

-----------

Cuplikan lagu Sheila Nicholls - Fallen For You

12.4.12

"Let Me Count the Ways" by Yoko Ono

Let me count the ways how I love you
It's like that gentle wind you feel at dawn
It's like that first sun that hits the dew
It's like that cloud with a gold lining telling us softly
That it'll be a good day, a good day for us
Thank you, thank you, thank you
Let me count the ways how I miss you
It's like that oak tree in my childhood garden
It's like that first summer I spent in Egypt
It's like that warm evening you read to me
Both knowing deeply
That it's a good time, a good time for us
Thank you, thank you, thank you
Let me count the ways how I see you
It's like that lake in the mountain you heard about
It's like that autumn sky that stays so blue
It's like that air around me that holds me gently
Whispering strongly that you're always there, always for me
Thank you, thank you, thank you

( source from Google )


10.4.12

Roda Berputar

roda itu berputar. dan saya yakin, saya pasti ikut berputar.
saya memahami keadaan yang naik turun. karena sekarang, saya sedang berputar.
mencoba berputar dalam posisi yang nyaman dan tentu saja membuat bahagia.

roda itu berputar. dan saya yakin, pasti saya bisa mencapai atas.
man jadda wa jadda.

5.4.12

Mengolah rindu.

seperti melemparkannya kepada tembok.
memantul, kemudian tergeletak di tanah.
aku pikir, rindu ini bisa menyelinap menembus tembok, menuju dimensimu.
ternyata di tolak mentah-mentah oleh gardamu yang paling depan.

----------

rinduku mentah.

aku tak tau harus memasaknya dengan apa.
tak ada alat dapur, pun tak ada bahan pelengkap.
teronggok rindu pada genggaman tanganku.
rasanya panas, dan tak sanggup ku menahannya.
seperti ikan lele yang siap mematil,
atau kepiting yang siap mencapit.
benar-benar seperti anak kecil yang tidak mau tidur siang.

susah.
aku tak bisa mengolah rindu.
pun aku tak ingin rindu ini berlama-lama meringsuk pada genggaman tanganku.

akhirnya ku makan rindu, mentah-mentah.
ku kunyah dan ku telan.
agar jatuh pada jurang lambung.
secepatnya, menghilang.

---------

dimensimu begitu dekat. ingin aku dekap.
namun durimu menusuk tajam dan siap menerkam.
pintuku terkunci rapat.
ingatkan kuncinya ada di tanganmu?
kalau begitu, kamu pasti paham.
ya, aku percaya, kamu pasti paham.