semesta, hari ini kita berjumpa.
bertatapan mata. bertukar cerita.
tidak. kali ini tidak menyusuri rumah.
tapi kita saling melempar tanya.
semesta, lalu aku harus menjawab apa,
kalau aku pun masih tidak paham dengan jalan yang Kau tunjukkan?
sehingga ketika ia melempar tanya,
aku tangkap dan simpan dalam kepala.
tapi susah.
karena hati selalu ingin ambil bagian.
semesta, lalu aku harus bagaimana?
rasanya aneh ketika aku berpikir tentang apa yang tidak ingin kupikir.
rasanya pahit ketika aku harus berucap apa yang tidak ingin kuucap.
namun, aku tidak ingin melepaskan.
karena apa yang aku pijak kali ini,
benar-benar tempat yang ingin aku pijak.
bukan untuk diinjak, tapi untuk berdiri tegak.
siap melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
semesta, aku tidak lebih dari perempuan brengsek.
karena aku mengkhianati kaumku sendiri.
aku kanibal yang tidak bisa menahan diri.
tapi aku bisa apa?
kejujuran hatiku ingin diberi apresiasi.
tapi dilain tempat, kejujuranku bak pisau beracun yang siap melahap hati.
semesta, kita bertemu pukul empat.
kusiapkan tempat, agar percakapan kita erat dan melahirkan surat.
surat ijin untuk melanjutkan perjalanan.
dengan atau tanpa si pemilik senyuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar