21.12.12

Pelukan itu.

apa kabar, Malta?
sepertinya suratku sudah sampai, ya?
semoga bisa mengendap, dan segala aroma rasa yang terkumpul di dalamnya dapat memenuhi ruang otakmu.

baiklah. jadi begini..
lengan percayaku sudah memelukmu, dan kamu tau itu.
dan aku baru saja menemukan sesuatu dalam kotak yang ada di tumpukkan bawah.
entah sengaja, atau termakan waktu saja.
aku juga tidak tau.
apakah kotak itu masih difungsikan, atau ingin kau buang tapi tak bisa, atau..
entahlah.
pinsilku sampai patah.
entah karena emosi, atau karena pelukanku perlahan melorot, melepaskan eratnya darimu.

aku benci pertanyaan.
tapi kau tidak memberiku energi untuk selalu bisa memelukmu.
aku tidak bisa berdiri sendiri.
logikaku memarahi aku.
bahkan ia marah ketika musuhnya, hati, merintih kesakitan.

entah apa yang ada di pikiranmu, Malta.
aku tidak tau.
aku tidak pernah tau.
karena mulutmu terkunci dan aku tak menemukan aku dalam matamu.
tidak ada aku.
tidak ada.

ah, pinsilku patah lagi.

Malta, mengapa aku tidak bisa memelukmu lagi?

Yang selalu melihatmu,
Jani.

Tidak ada komentar: