sudah dua malam saya menyatroni panggung ini.
sampai-sampai saya hafal betul setiap ruangnya.
tirai lusuh warna merah, derit kayu pada panggung.
bapak setengah baya berkumis duduk sendiri di sebelah kanan saya.
dan pasangan muda yang tampak begitu membara, membuat pertunjukkan sendiri.
dan tentu, di depan saya tergelarlah tarian yang dari dua malam tidak ada hentinya.
ya, namanya Tarian Tanya dan itu begitu melekat, dan tentunya ikut menari dipikiran saya.
sesungguhnya tarian ini mengganggu. tariannya begitu jelek, kaku, dan tidak teratur.
koreografer macam apa, saya pun bisa membuat tarian seperti itu. sambil tidur malah.
tapi mereka tetap terus menari. terus dan terus menari. seakan tidak pernah lelah. padahal peluh mereka sudah kocar-kacir kesana kemari.
mengapa mereka menari seperti itu? untuk apa sebenarnya? karena saya rasa, percuma!
penonton tidak ada yang terhibur. keluar satu-persatu meninggalkan ruangan. tanpa tepuk tangan.
mungkin. ini sekedar mungkin versi saya.
mereka butuh pasangan. ya, pasangan.
tarian itu akan lebih bagus jika ada pasangannya.
siapa pasangannya?
mungkin Tarian Jawaban.
ya, setiap Tanya, pasti butuh Jawaban.
mungkin. ya, ini sekedar mungkin versi saya.
meraka berhenti jika sudah mengantongi Jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar