28.11.11

Poor, Chrysanthemum.

Mengapa kau ingin sekali menjadi Bunga Matahari?
Aku tahu, rupamu hampir mirip.
Bundaran ditengah berwarna kuning.
Kelopak bungamu yang ramping dan bergerombol.
Sama. Aku tahu. Kau, hampir sama.
Tapi kau tau sendiri, kau alergi dengan Matahari.
Namun, kenapa kau terus paksakan menghadap Matahari?
Agar disangka Bunga Matahari, begitu?
Demi Neptunus!
Apa bagusnya dunia ini jika ada dua Bunga Matahari yang sama persis?
Bahkan antara Bunga Matahari satu dengan yang lainnya juga tidak sama!
Hei, Krisan yang malang.
Berhentilah menjadi bunga lain.
Kau adalah krisan yang cantik.
Kau adalah identitas pada hari Ibu.
Kau tau? Tak menjadi Bunga Matahari pun, kau sudah luar biasa.
Meski kecil, kau luar biasa.
Kau membuat para Ibu di seluruh dunia tersenyum.
Kau harus bangga itu!



24.11.11

Kebahagiaan itu hanya titipan Tuhan.

Mohon ijin bicara, Majelis Hakim, apakah tuntutan yang kami ajukan terlalu banyak sehingga tidak satupun dari tuntutan kami yang Majelis Hakim kabulkan?

Kebahagian, menurut saya hanya semu.
Ia layaknya permainan Drop Zone yang awalnya pelan-pelan naik setinggi-tingginya, kemudian dalam waktu beberapa detik, diterjun bebaskan serendah-rendahnya.
Jani pernah bilang dalam filmnya Radit dan Jani : "Kebahagiaan itu kita yang buat, bukan mereka"
Menurut saya semua itu omong kosong.
Kebahagiaan itu omong kosong.
Apalagi kebahagiaan karena cinta. Itu lebih menggelikan.
Apalagi kebahagiaan karena sebuah kata-kata manis yang dilontarkan. Menurut saya itu hanya bualan siang bolong.
Apalagi kebahagiaan yang hanya dibuat oleh saya, kamu ataupun dia saja untuk kepentingan bersama. Menurut saya itu sia-sia.

Kebahagiaan itu hanya titipan Tuhan yang sewaktu-waktu bisa diambil.
Siap atau tidak siap, kita harus siap.
Dan sekarang saya merasa siap, jika sewaktu-waktu Tuhan mengambil kembali kebahagiaan saya.
Langsung melalui tangan-Nya ataupun mulut orang lain.

23.11.11

Obat Penenang

ini obat penenang yang dua puluh satu.
belum genap sebulan aku menempati rumah ini, dan sekarang sudah pil ke dua puluh satu yang ku telan.
bagaimana bisa, aku yang memilih sendiri rumah ini, menata ruang tamunya, mengecat dapur dengan cat turqoise, dan bahkan mendekor ulang taman kecil di teras belakang, merasa tidak lagi aman?
setiap malam datang, atap kamarku seakan ingin mencengkramku! jendela ruang tamu berteriak kencang sekali. dan pintu-pintu menatapku dengan sangat mengerikan. aku hanya bisa meringkuk di pojok kamar dengan berjubah selimut. menutupi semua pandanganku dari rumahku yang sedang berubah menjadi monster.
entah harus berapa kali aku menangis ketakutan, dan entah berapa kali aku meminum obat penenang. entah berapa kali, nafasku tersengal-sengal.
anehnya, hanya setiap malam saja mendadak rumah ini menjadi sedingin es. tidak ketika pagi atau siang. aku mencintainya saat pagi mulai menyeruak melalui jendela rumah. hangat dan indah. seperti bunga seruni yang bermekaran. aku juga mencintainya ketika siang. rumah ini membuatku nyaman duduk di teras. minum teh dan menari bersama John Legend. aku suka aku cinta.
namun ketakutanku menjalar hingga ubun-ubun ketika senja datang. dan satu-satunya dipikiranku adalah obat penenang.

apakah aku harus memberanikan diri keluar rumah, kemudian menjual dan mencari rumah baru?
atau haruskah aku mencintainya secara penuh, saat pagi, siang, ataupun malam, dengan bertemankan pil penenang, yang aku sendiri tidak tahu, apakah itu akan menenangkanku, atau malah membunuhku?

14.11.11

Intervensi dalam Konferensi Kata Hati

*tok-tok*

ada bunyi pinyu diketuk di depan sana. aku beranjak meninggalkan sejenak diskusi hati yang dilaksanakan petang ini sambil menebak-nebak siapa gerangan bertandang selarut ini.

*krieeettt*

otak lagi.
kerap kali dia datang ketika kami sedang mengadakan Konferensi Kata Hati - nama diskusi hati yang dilakukan di rumah.
entah siapa yang memberi kabar, dia selalu datang tepat saat konferensi ini berlangsung.
awalnya, tanpa pikir panjang langsung aku tutup pintunya. toh, juga tidak terjadi apa-apa. konferensi tetap sukses dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
namun entah mengapa, kali ini aku sedikit ragu.
ada suara-suara asing yang menyuruhku mengajaknya masuk untuk turut bergabung melakukan diskusi.
dan rasanya memang aku perlu sebutir aspirin, karena entah atas kekuatan apa tiba-tiba aku menarik tangannya dan mengajaknya menuju meja bundar, tempat panas di mana diskusi itu berlangsung.
banyak tatapan sinis ketika melihat dia masuk. namun dia tetap tersenyum tenang meski beberapa ada yang mempunyai tatapan ingin membunuhnya. dia tetap tenang. seperti dia tahu bahwa dia akan baik-baik saja di sini.

yasudahlah. mungkin dengan datangnya dia, suasana akan menjadi lebih baik.

selamat datang otak dalam Konferensi Kata Hati kami :)

10.11.11

Alasan, sepenting itukah?

"seekor lintah menerjang buaya
menghisap darah sampai kering
tubuh buaya yang semula menggendut seoerti badut
sekarang menjadi kerontang
buaya hanya melirik, tersenyum meledek kepada lintah
tubuh buaya membesar dan menggendut kembali
lintah hanya seperti seekor kutu tak berdaya"

terima kasih telah membaca sebuah sajak tak berarah saya.
mengapa tidak berarah? karena ketika menulisnya, imajinasi hanya bergerak kesana kemari, enggan mencari tujuannya.
apakah harus saya mempunyai alasan untuk menulis?

terkadang, sesuatu terjadi tanpa perkawinan sebuah "alasan".

seperti ketika kau mencintai, apakah "harus ada alasan" menjadi hal yang wahid?
for God sake, it is just happened.