"seekor lintah menerjang buayamenghisap darah sampai keringtubuh buaya yang semula menggendut seoerti badutsekarang menjadi kerontangbuaya hanya melirik, tersenyum meledek kepada lintahtubuh buaya membesar dan menggendut kembalilintah hanya seperti seekor kutu tak berdaya"
terima kasih telah membaca sebuah sajak tak berarah saya.
mengapa tidak berarah? karena ketika menulisnya, imajinasi hanya bergerak kesana kemari, enggan mencari tujuannya.
apakah harus saya mempunyai alasan untuk menulis?
terkadang, sesuatu terjadi tanpa perkawinan sebuah "alasan".
seperti ketika kau mencintai, apakah "harus ada alasan" menjadi hal yang wahid?
for God sake, it is just happened.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar