10.11.11

Alasan, sepenting itukah?

"seekor lintah menerjang buaya
menghisap darah sampai kering
tubuh buaya yang semula menggendut seoerti badut
sekarang menjadi kerontang
buaya hanya melirik, tersenyum meledek kepada lintah
tubuh buaya membesar dan menggendut kembali
lintah hanya seperti seekor kutu tak berdaya"

terima kasih telah membaca sebuah sajak tak berarah saya.
mengapa tidak berarah? karena ketika menulisnya, imajinasi hanya bergerak kesana kemari, enggan mencari tujuannya.
apakah harus saya mempunyai alasan untuk menulis?

terkadang, sesuatu terjadi tanpa perkawinan sebuah "alasan".

seperti ketika kau mencintai, apakah "harus ada alasan" menjadi hal yang wahid?
for God sake, it is just happened.

Tidak ada komentar: