
kau pungut aku dipantai
genggam demi genggam
kau cuci bersih
dan kau masukkan aku dalam kantong flanelmu
sambil tetap menggenggamku
kalau-kalau tercecer, katamu
semakin kau berjalan jauh
berlari dengan peluh
entah mengapa
genggamanmu semakin erat
aku tak pernah faham isi hatimu
namun aku sesak nafas
sudah teriak aku dari kantongmu
tapi mungkin kau tak bisa mendengar suaraku yang mono
aku mencoba bertahan saat ini
aku siapkan peti mati
kalau-kalau kantung nafasku sudah habis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar