Barat dan Timur.
Dua arah yang berlawanan.
Tidak akan pernah bertemu.
Tidak akan pernah melebur.
Namun matahari, yang membuatnya menjadi satu pasang.
Dan garis mata angin selalu meletakkannya secara sejajar.
Hitam dan Putih.
Warna yang kontras.
Jika letakkan hitam di atas putih, hasilnya kotor.
Jika letakkan putih di atas hitam, percuma. tak nampak.
Namun abu-abu, yang membuat mereka bertemu.
Bersatu dan bercumbu.
Aku dan Kamu.
Seperti Barat dan Timur.
Berlawanan. Tak melebur.
Seperti Hitam dan Putih.
Kontras. Tak indah.
Mungkin Tuhan salah menempatkan takdir.
Mungkin sebenarnya, Kamu bukan untukku.
Karena semua terlalu berlawanan.
Aku perempuan hitam.
Aku tidak manis. tidak bersih. dan kasar.
Rasanya aku takut untuk menginjak ruang putihmu.
Tapi apa jawabmu ketika kuberkata seperti itu?
"Justru di situlah letak manismu"
Aku tak mengerti.
Aku mencoba membaca sirat matamu.
Mengikuti alur gerakan yang di buat oleh bibirmu.
Aku bukan orang yang mengerti akan analogi.
Tapi, matamu menusuk tajam hatiku.
Lalu aku malu.
Segala kemungkinan yang kuciptakan.
Segala kesimpulan yang kuhasilkan.
Tak satupun mendapat anggukan darimu.
Bahwa mungkin, Tuhan salah memberiku takdir.
Bahwa mungkin, Tuhan tidak mencipkan kamu untukku.
Matamu bagai api.
Membakar segala kemungkinan yang ku buat.
Matamu bagai parang.
Mematahkan segala kesimpulan yang ku munculkan.
Matamu berbicara serius.
Bahwa Barat dan Timur bersatu karena adanya matahari.
Bahwa Hitam dan Putih bisa lebur karena si abu-abu.
Bahwa aku memang sebuah takdir baik untukmu.
Bahwa aku adalah ciptaan Tuhan untukmu.
Bahwa sekontras apapun.
Aku dan Kamu memang waktunya bertemu.
dan Tuhan-pun setuju.
Kamu adalah alasan dan jawaban atas semua pertanyaan.
Hey, Eigenar.
Jika kau membaca ini.
Sampaikan salam pada Tuhan yang begitu baik.
Karena sudah menggariskan takdirku menuju tempatmu :)
1 komentar:
sy suka puisinya.. heehhee
Posting Komentar